Thursday, December 1, 2011

BHATTAARAKA

Di dalam literatur tentang Hindu, baik yang diterbtikan di luar negari maupun di Indonesia, bahkan di dalam pustaka suci Hindu kita hampir tidak pernah menemukan kata Betara. Tetapi di dalam percakapan lisan sehari-hari di dalam masyarakat Hindu Indonesia, khususnya Bali, kata Betara sangat popular.

Orang-orang Hindu, asal Bali biasanya menggunakan kata Betara untuk menunjukan berbagai hal, antara yang suci yang dipuja di suatu Pura, orang tua yang dihormati (Betara Nyeneng), leluhur (Betara Hyang)dll. Apakah arti Betara? Konon, arti literal Betara adalah “pelindung”. Mengapa artinya demikian, tidak dijelaskan.

Di dalam “Sanskrit English Dictionary” yang disusun oleh M. Monier – Williams yang pertama kali terbit tahun 1899 dan sampai tahun 2000 telah mengalami cetak ulang 16 kali, kita temukan empat kata yang berkaitan dengan Betara, yaitu :

Bhatta = lord, my lord; a tittle of respect used by humble person addresing a prince (tuan, tuanku; satu gelar penghormatan yang digunakan oleh orang biasa untuk menyapa seorang pangeran).

Bhattaraka = venerable Lord (tuan yang terhormat). Bhattara = a noble lord (= Pudya, gelar kehormatan, misalnya Pudya Swami Dayanandan Sarawati)` Bhattaaraka = a great lord; venerable or worshipful person (used for gods and of great or learned men esp of Buddhist teacher and of partic or class of Saiva monks). Tuan besar, orang terhormat atau amat dipuja (digunakan untuk para dewa dan orang amat terpelajar khusunya guru-guru agama Buddha atau partik atau golongan biksu Siwa)

Dari keempat kata atau lema ini kebanyakan dipergunakan untuk menunjuk orang yang dihormati, yang dipuja, yang terpelajar, penteran, biksu, guru dll. Hanya satu untuk menunjuk para dewa. Dan kata-kata itu tidak ada yang merujuk kepada benda.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan “Apakah masing-masing pura memiliki Betara sendiri? kita harus kembali kepada Sruti kita. Weda di dalam banyak mantra menyebut Tuhan itu hanya satu. Di sini dikutip dua mantra saja :

“Mereka menyebutnya Indra, Mitra, Waruna, Atau burung matahari sorga Garutmat. Para maharesi menyebut menyebut banyaik nama kepada yang Satu.

Mereka bicara tentang Agni, Yama, Matarisvan.” (Rig Veda I, 164, 6; 46)

“Dia adalah Satu, Satu-satunya, yang hanya Satu.” (Atharva Weda XIII, 4, 12).

Satu disini bukan dalam arti monotheisme, tetapi pantheisme. Hal ini akan ijelaskan pada tulisan lain.

Dengan berpedoman pada Weda, maka pertanyaan Siapa Betara dapat dijawab : Dia adalah Yang Satu, Yang Dipuja di berbagai tempat dengan berbagai nama. Jadi Betara di Pura Bekasi sama dengan Betara di pura lain, dimanapun. Betara yang dipuja di semua tempat adalah Sang Hyang Widdhi Yang satu.

Jadi yang “lunga” atau pergi kondangan pada waktu Pujawali adalah simbolnya Ide Betara. Maka ucapan yang benar dari MC adalah “Selamat datang kepada pengiring prelingga Ida Betara Rawamangun.”

Sekalipun yang datang adalah simbol atau prelingga, tetap harus dihormati. Sang Saka Merah putih sebenarnya tidak lebih dari sepotong kain merah dan sepotong kain putih yang disambung jadi satu. Tetapi tiap upacara 17 Agustus ia diberikan penghormatan luar biasa. Bila ada yang menghina bendera merah putih, bangsa Indonesia bisa marah, dan yang menghina bisa diadili, karena bendara merah putih itu adalah representasi dari NKRI. Sama halnya, sekalipun NKRI hanya satu, bendera merah putih terdapat atau dipasang di berbagai kantor, dari kantor lurah sampai istana presiden.

Pada satu kesempatan seorang pemangku memberi tahu saya “dhaksina yang dibawa itulah Betara.”

Dakshina yang berasal dari bahasa Sansekerta mempunyai banyak arti, antara lain : kanan, selatan atau tenggara, cekatan, mampu, atau cerdas. Atau suatu gerakan mengelilingi seseorang atau sesuatu di mana sisi sebelah kanan kita menghadap ke orang atau hal yang kita kelilingi.

Dakshina juga berarti honor. Pegawai negeri diberi gaji, tetapi pengacara diberi honor. Pegawai tidak tetap diberi honor (honor daerah). Kalau seulinggih atau pinandita selesai muput karya, diberi dakshina yang terdiri dari beras, kelapa dan telur. Di AS, di Sylicon Vallley, Pinandita yang selesai muput karya peresmian perusahan IT yang dimiliki oleh orang Hindu diberi honor berupa saham dari perusahaan itu

No comments:

Post a Comment